MIS KOMUNIKASI

Beberapa waktu lalu seseorang menghubungi dan bertanya kesediaan saya untuk jadi narasumber dalam kegiatan yang dilakukan oleh salah satu bidang di dinas pendidikan. Sayapun menerima tawaran itu dan dihubungkan dengan pihak penyelenggara. Esok hari dari pihak panitia menghubungi dan kembali menanyakan kesediaan, dan saya juga menerima. Rencana kami akan bertemu langsung di, namun belum ada konfirmasi kapan saya bisa datang ke sana. 

Beberapa hari kemudian pihak panitia kembali menghubungi melalui pesan chat dan menanyakan surat undangan di kirimkan kemana. Saya balas dengan mengirimkan alamat sekolah. Hari berikutnya kembali pihak panitia menghubungi lewat panggilan, namun saat itu saya tidak mengangkat karena tidak mendengar. Saat melihat hanphone saya membuka ada pesan chat dan panggilan tak terjawab. Pesan chat yang bertanya apakah saya masuk, dan saya balas bahwa hari itu saya sedang piket. Saya juga memohon maaf karena tidak mendengar panggilan. Beberapa detik kemudian saya lihat pesan chat sudah di jawab namun tidak dibalas. Saya menunggu di telepon, namun tak kunjung datang. Saya ingin menelepon merasa segan karena chat saya sudah dibaca. Saya takut mereka sedang sibuk maka tidak membalas kembali chat. Hingga akhrinya komunikasi terputus. 

Saya tetap menunggu telepon dari mereka, dan jujur ada rasa segan untuk menghubungi. Saya juga menunggu informasi dari sekolah tempat mengajar apakah ada surat undangan buat saya dari dinas pendikan. Karena pihak panitia sudah meminta alamat pengiriman surat undangan. Namun hingga tadi pagi belum ada lagi informasi lanjutan. Sayapun memberanikan diri untuk menghubungi melalui pesan, namun beberapa jam kemudian belum dibaca. Saya memberanikan diri untuk menghubungi melalui panggilan suara, namun 2 kali saya telepon tidak diangkat juga. Kembali lagi saya merasa segan akan menggangu jika saya menghubungi lagi. 

Karena tidak ada tindak lanjut, saya mencoba menghubngi teman yang menhubungi saya dari awal. Setelah terjadi komunikasi akhirnya saya mendapat titik persoalannya. Pihak panitia mengganti narasumber karena saya tidak langsung menghubungi mereka kembali setelah telepon tak terjawab dari mereka, sementara saya segan karena merasa menggangu aktiviatas mereka dan hanya merespon melalui pesan chat. Hingga akhirnya sepertinya menjadi narasumber pada kegiatan mereka gagal. 

Ada rasa sedih dan kesal. Apalagi saya sudah menghubungi beberapa pihak untuk mengkondisikan jadwal pada tanggal yang ditentukan oleh panitia. Namun ternyata semua sepertinya sia-sia. Di tengah kesedihan dan kekecewaan, saya kembali berfikir. Ah mungkin ini belum rejekiku, dan aku yakin akan ada rejeki lain yang akan menghampiri. Selain itu tidak semua jalan yang kita lalui itu akan mulus, pasti ada hambatan-hambatan yang membuat kita semakin terasah dan kuat. Dan hal itu juga akan menjadi pembelajaran bagi diri sendiri. Tetap semangat Meida.


Komentar