"Mak...Sudah ga masuk lagi air kan kalau hujan?"
Begitulah laporan singkatmu kala itu ditengah hujan deras mengguyur sekitaran rumah kita.
Oh...ia sudah diperbaiki sengnya?
udah Mak, sudah aku perbaiki dua-duanya.
Apa...?
Betapa syoknya aku mendengar pernyataanmu karena yang memperbaiki seng itu ternyata kamu bukan orang lain. Aku tidak tahu kapan kamu memperbaikinya, karena saat itu aku baru pulang kerja dan kebetulan datang hujan. Memang sudah lama kedua itu lepas diterpa angin, dan cukup menggangu apalagi musin hujan pasti akan membanjiri rumah. 1 dibagian atas rumah dan satu lagi di bagian sisi kanan rumah. Jujur kalau harus naik memperbaikinya aku tidak berani. Ternyata kamu sudah tidak tahan melihat kondisi itu sehingga kamu mengambil inisiatif sendiri.
Anakku usiamu masih muda, bahkan masih sangat muda. Aku tidak tahu harus berkata apa. Sebenarnya waktu itu aku sedang marah, marah kepada banyak orang. Marah kepada diriku, marah kepadamu. Kamu masih terlalu kecil untuk bertanggung jawab mengerjakan hal itu. Terlalu bahaya untukmu melakukan itu. Namun aku tidak mungkin melampiaskan marahku kepadamu saat itu. Aku hanya memilih diam. Diam sejenak, untuk merenungi apa yang terjadi. Dian sejenak menenangkan diri dari rasa marah. Dan berlahan aku peluk dirimu, aku mencoba menjelaskan bahwa itu terlalu berbahaya buatmu. Dan aku hanya bisa meminta supaya kamu lebih berhati-hati.
Anakku...sebenarnya aku lebih marah pada diriku sendiri. Banyak hal yang tidak bisa aku lakukan sendiri terpaksa memintamu untuk melakukannya. Kau menjadi tempat pertama yang bisa aku jadikan untuk meceritakan hal-hal yang aku alami. Bahkan saat adikmu yang paling kecil hendak lepas ASI, aku hanya bisa berdiskusi denganmu. Aku memintamu untuk memperhatikan dan menjaga adekmu dan berusaha supaya tidak dekat denganku. Dengan demikian adekmu tidak meminta ASI apalagi saat mau tidur. Kau terpaksa harus bisa menenangkan adekmu yang menangis dan gelisah saat hendak tidur. Sering kali kau harus menenangkannya dengan waktu yang lama, sementara aku hanya bisa mendengar dari balik kamar berteman air mata.
Sebagai anak kecil memang kau terkadang kesal dengan adekmu yang tak berhasil kau tenangkan, namun kau tetap berusaha menenangkannya hingga akhirnya diapun tertidur. Berhari-hari hal itu kau lakukan anakku. Hingga akhirnya adekmu bisa menerima situasi bahwa dia tidak lagi Nen. Semua itu tidak terlepas dari bantuanmu.
Anakku...Ketika aku marah, dan kesal tak jarang kamu menjadi sasaran marah dan kesalku. Aku memarahimu. Walau akhirnya setelah itu tak jarang juga aku sembunyi di sudut kamar dan menangis. Aku menyesali apa yang terjadi. Namun aku butuh melepaskan rasa kepenatan sebelum hal itu akan menjadi bom waktu bagiku.
Anakku..saat ini mungkin kamu bisa dikatakan Matang sebelum waktunya. Banyak hal yang seharusnya belum kamu lalui tapi harus kamu lalui. Banyak tanggung jawab yang teremban di pundakmu. Semua itu karena kekuranganku. Semua itu karena banyaknya hal yang tidak dapat aku lakukan sendiri. Dan kamu menjadi orang yang bisa aku andalkan saat ini. Bahkan menjadi orang yang lebih aku percayai terlebih dalam hal menjaga adekmu.
Anakku kelak jika engkau dewasa nanti. Kenangan ini ingatlah sebagai kenangan yang menempamu menjadi lebih tangguh. Ingatlah proses ini mengajarkanmu menjadi lebih kuat dan menjadi lebih bertanggung jawab. Jangan pernah merasa bahwa semua ini membebanimu. Jadikanlah proses ini sebagai jalan buatmu anakku sehingga bisa lebih mandiri kelak.
Anakku... percayalah. Sejak kau dalam kandungan semua proses pertumbuhanmu saya perhatikan dengan teliti. Itu tandanya aku sangat mencintaimu. Aku sangat menyayangimu. Jika ternyata aku sering marah kepadamu, itu hanya salah satu caraku untuk mendidikmu. Walau aku sadar harusnya marahku itu bisa aku alihkan dengan cara yang berbeda.
Anakku percayalah aku selalu berusaha untuk berbuat yang lebih baik kepadamu dan adek-adekmu. Aku selalu berusaha belajar untuk jadi ibu yang baik buatmu. Pecayalah aku akan tetap berjuang demi masa depanmu yang lebih baik. Aku akan tetap belajar dan belajar untuk menjadi ibu yang lebih baik lagi buatmu.
Anakku...Selamat ulang tahun ke 11 buat mu.
Aku Mencintaimu
Komentar
Posting Komentar