Bertemu dengan instruktur walau melalui tatap maya di ruang elaborasi memberikan
penguatan terhadap pemahaman tentang refleksi pemikiran Ki Hajar Dewantara
dalam proses pembelajaran. Materi tersebut sebenarnya sudah dibahas dalam beberapa
pertemuan baik dengan fasilitator melalui ruang maya maupun dengan pengajar
praktek saat lokakarya. Namun dengan pertemuan kali ini pemahaman semakin di
pertebal lagi.
Beberapa hal diminta untuk direfleksikan kembali demi menebalkan pemahaman
peserta Calon Guru Penggerak Angkatan 5. Pengalaman terkait proses pembelajaran
yang merefleksikan (mencerminkan) pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Bagaimana
perwujudan ‘menuntun’ yang dapat dilihat dalam konteks sosial budaya di daerah
masing-masing. Dan yang terkahir adalah mengapa pendidikan Indonesia perlu
mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman. Apa relevansi pemikiran KHD yang
menyatakan bahwa “Pendidikan yang berhamba (berpihak) pada anak” dengan peran
peserta sebagai seorang guru. Ketiga hal tersebut saya refleksikan dalam
tulisan singkat.
Pengalaman saya adalah ketika saya melakukan pusat pembelajaran adalah
siswa. Saya meminta siswa membentuk kelompok belajar, memberikan topik yang
akan dibahas oleh kelompok. saya meberikan kebebasan kepada siswa mencari
sumber informasi, dan bebas menggunakan media apa saja untuk presentasi. Dan
yang saya dapat ternyata pengetahuan siswa sangat beragam. Materi yang mereka
sampaikan banyak yang baru saya ketahui setelah mendengarkan dari siswa. Siswa
sangat kreatif, karena media pembelajarannya yang mereka gunakan fariatif.
Intinya saya justru banyak belajar dari siswa. Meida Sitanggang
Perwujudan menuntun yang
saya lihat di daerah saya adalah bahwa siswa kita dituntun untuk bisa bekerja
sama dalam bentuk berkompok sehingga bisa mendapat informasi yang lebih banyak
lagi dan banyak ide yang dapat dituangkan dalam menyelesaiakan masalah. Sama
seperti kebiasaan Marsiadapari yang dilakukan oleh petani. Dalam waktu-waktu
tertentu petani akan meminta petani lain untuk menanam padi di ladangnya.
Dengan demikian proses menama padi dapat selesai dengan cepat, sehingga
pertumbuhan padi tersebut bisa serentak.
Kodrat alam menunjukkan lingkungan dimana siswa lahir, bertumbuh dan
berkembang. Indonesia merupakan negera yang luas dengan keberagaman budaya,
suku dan adat istiadat, tentu ada perbedaan-perbedaan pola pendidikan di
masing-masing daerah. Untuk perlu penyesuain pendidikan terhadap anak sesuai
dengan lingkungannya. Walau demikian pendidikan juga tidak bisa mengabaikan
zaman. Zaman yang selalu berkembang mengharapkan kita dapat mendidik siswa
sesuai dengan perkembangannya. Seperti contoh jika dulu sumber belajar hanya
berasal dari buku, saat ini sumber belajar bisa dari internet, dan hal itu
harus kita sampaikan kepada murid. Dengan demikian siswa mengenal jati dirinya
dengan budayanya dan siswa juga menguasai perkembangan zaman.
Bahwa siswa sudah memiliki kemampuan masing-masing. Siswa sudah memiliki
bakat dan potensi dalam dirinya. Bakat, potensi dan kemampuan yang dimiliki
setiap siswa tentu berbeda sehingga mereka sebaiknya diperlakukan berbeda .
Pesan guru adalah mengarahkan siswa ini untuk lebih mengenal dan menggali
bakat, kemampuan dan potensi siswa. Jika siswa sudah menemukannya maka guru
berperan untuk mengarahkan dan membimbing siswa tersebut sehingga bakat,
potensi dan kemampuannya bisa dikembangkan lagi, dengan demikian siswa akan
menikmati proses pembelajaran karena melakukannya dengan senang dan tidak takut
karena dipaksa untuk mengerjakan sesuatu yang tidak dipahami.
Komentar
Posting Komentar