CANDI LUMBUNG

 


Candi Lumbung merupakan salah satu candi yang berada di wilayah kompleks candi Prambanan. Candi Lumbung berdekatan dengan candi Bubrah dan terletak di kabupaten Klaten, Jawa tengah. Candi ini juga merupakan salah satu dari kumpulan candi bertemakan Buddha dengan atap bebentuk stupa yang dikelilingi oleh 16 candi yang lebih kecil. Naun saat ini Candi utama sudah runtuh.  Diperkirakan candi Lumbung dibuat sekitar abad ke-9 sampai abad ke-10, yaitu pada saat dikuasai oleh kerajaan Mataram Kuno.

 

Candi Utama berbentuk poligon bersisi 20 dengan denah dasar seluas 350 m2. Bangunan  candi berdiri di atas batu dengan tinggi sekitar 2,5 m. Pintu masuk menggunakan tangga berada pada sisi timur yang dilengkapi dengan bilik penampil dan lorong menuju ruangan candi. Ke empat sisi dibagian luar dinding terdapat pahatan-pahatan gambar lelaki dan perempuan yang berukuran sama dengan ukuran kenyataan. Ke dua dinding yang mengapit pintu masuk terdapat gambar Kuwera dan Hariti sedangkan di luar  sisi utara, barat dan selatan terdapat relung tempat meletakkan arca Dhyani Buddha. Masing-masing relung berjumlah 3 buah untuk setiap sisinya, sehingga jumlah keseluruhan adalah 9 buah. Candi Lumbung dikelilingi pagar namun sudah runtuh. Candi utama di kelilingi oleh candi kecil yang disebut dengan candi perwara mengarah ke candi utama. Candi perwara memiliki bentuk dan ukuran yang sama berdiri di atas batu setinggi sekitar 1 m dengan denah dasar sekitar 3 m2. Masing-masing candi memiliki pintu dan tangga yang dilengkapi dengan pipi untuk setiap tangganya. Di atas ambang pintu candi terdapat kalamakara. (blog kebudayaan.kemdikbud.go.id)         

Yokyakarta mengalami peristiwa Gempa pada tahun 2006. Gempat tersebut memiliki dampak yang sangat besar terhadap candi-candi yang ada disekitaran Prambanan. Banyak candi yang rusak dan salah satu adalah candi Lumbung. Banyak batu-batu mengalami pergeseran bahkan banyak balok yang pecah. Beberapa usaha telah dilakukan untuk melakukan perbaikan seperti mencari dan mengumpulkan batu-batu yang lepas. Menyusun kembali atau restruktur. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kerusakan yang serupa maka salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan membuat perancah yang berfungsi untuk menyangga candi. Antara satu peranca dengan peranca lain berhubungan dengan kabel baja untuk memperkuat dan mengikat candi. (blog kebudayaan.kemdikbud.go.id)



Komentar